Minggu, 10 Oktober 2010

Penggunaan Biogas Mampu Menghemat Listrik 50%

Selama 2008, pemanfaatan sumber energi alternatif biogas dari ternak hewan mampu mengurangi biaya pemakaian listrik sebesar 50% atau sekitar Rp 46.214,00 per kepala keluarga (KK) per bulan. “Sementara dari sisi negara dapat menghemat biaya operasi kelistrikan per bulan untuk setiap KK menjadi Rp 250.425,00,” ujar Adang Djarkasih, Deputi Manager Komunikasi Perusahaan Listrik Negara Distribusi Jawa Barat dan Banten (PLN DJBB) ketika ditemui di kantornya, Rabu (11/2).
Penggunaan energi alternatif yang telah dirintis sejak empat tahun yang lalu ini telah diterapkan di beberapa daerah di Jabar seperti Parongpong, Cililin, serta Desa Energi Mandiri Haurngombong Kec. Pamulihan Kab. Sumedang.
Menurut Adang, setengah dari penduduk Desa Haurngombong telah memakai biogas sebagai langkah penghematan yang juga ramah lingkungan.
“Desa percontohan tersebut merupakan bagian dari program CSR kami mengenai penghematan energi. Dan tahun ini, target kami selanjutnya adalah membuat desa energi mandiri lainnya di beberapa desa potensial seperti Cidaun (Cianjur Selatan) serta Pangalengan,” tuturnya.
Keuntungan dari biogas ini, katanya selain menjadikan desa bersih dari kotoran ternak, juga menghemat energi seperti listrik, elpiji, bahkan minyak. Seperti diketahui untuk 1 meter kubik biogas setara dengan 1,75 kWh listrik, 0,46 kg elpiji, dan 0,62 liter minyak.
Di Haurngombong, lanjutnya, satu genset dapat disuplai oleh kotoran dari dua ekor sapi perah. Dalam kondisi normal, dari dua ekor sapi dapat menghasilkan kotoran sebanyak 4,14 meter kubik dan hasil energinya dapat dinikmati oleh tiga rumah tangga. Sementara itu, biaya operasional biogas (di luar sapi) bisa mencapai sekitar Rp 700.000,00 untuk satu rumah tangga.
“Pada awalnya, sapi-sapi yang ada di Desa Haurngombong adalah milik warga. Namun setelah ada program Desa Energi Mandiri, kini sekitar 200 ekor sapi di Haurngombong telah dimanfaatkan menjadi biogas yang beberapa ekornya merupakan bantuan dari pihak lain.
Kami berharap ke depannya daerah lain bisa mengikuti Haurngombong setelah mendapat stimulan dari PLN yang berupa genset dengan kapasitas rata-rata 500 watt,” kata Adang.
Program Desa Energi Mandiri ini, ujar Adang, juga termasuk ke dalam program “Jabar Caang 2010″. Hingga akhir 2008, tingkat elektrifikasi desa-desa di Jabar dan Banten telah mencapai 64,43 % atau meningkat sekitar 15 % dari tahun 2007.
“Sekarang ini masih tersisa sembilan desa di Jabar dan Banten yang belum tersentuh listrik. Karena keterbatasan anggaran, target kami untuk menyediakan listrik setidaknya listrik untuk koneksi antardesa, baru direncanakan rampung tahun 2010 nanti,” ungkap Adang.
Sementara itu, target Desa Energi Mandiri selanjutnya yaitu Desa Mekarwangi, Kec. Cidaun, Kab. Cianjur. Sebanyak tiga kampung di dalamnya belum terjangkau jaringan listrik, padahal populasi ternak sapi potongnya mencapai 500 ekor.
“Sedangkan ragam jenis mata pencaharian penduduknya antara lain petani/peternak, nelayan, buruh, serta PNS. Maka dari itu, ketersediaan listrik dapat membantu kelancaran kinerja dan bahkan meningkatkan kelayakan hidup masyarakat di sana.
“Hasil observasi tersebut merupakan kerja sama antara PLN dan Unpad. Setelah dilakukan dialog bersama, tokoh masyarakat di sana serta peternak menghendaki segera diadakannya introduksi teknologi biogas untuk bahan bakar dan terutama untuk listrik,” tutur Adang.


Analisis:
Setelah terjadinya kenaikan dan kelangkaan BBM (minyak tanah), kehidupan di kota dan di desa pun menjadi sulit.Warga berlomba-lomba mencari sumber energi alternatif, ada yang menggunakan energi matahari, energi air, maupun energi angin. Tapi sampai sejauh ini masih belum ditemukan sumber energi yang benar-benar bisa menggantikan bahan bakar minyak. Kebanyakan sumber energi alternatif tidak bisa menghasilkan energi sebesar energi yang dihasilkan bahan bakar minyak. Tapi, sebenarnya ada sumber energi alternatif yang relatif sederhana dan sangat cocok untuk masyarakat pedesaan, energi alternatif itu adalah energi biogas.
Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh proses fermentasi dari bahan-bahan organik, termasuk kotoran manusia dan hewan, limbah rumah tangga, dan sampah-sampah organik secara anaerobik. Biogas dapat digunakan sebagai bahan bakar dan juga dapat menghasilkan listrik. Oleh kaena itu, biogas terpilih sebagai pengganti BBM. Awalnya,penggunaan BBM masih langka di Indonesia, tapi seiring waktu, biogas sudah mulai populer, contohnya dapat kita lihat dalam artikel di atas. Menurut saya, penggunaan biogas ini sangat baik diterapkan, mengapa? alasannya adalah selain efektif dan efisien biogas juga ramah linkungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar